Jumat, 14 Mei 2010

SUBNETING VLSM


A. PENDAHULUAN

Subnet adalah upaya / proses untuk memecah sebuah network dengan jumlah host yang cukup banyak, menjadi beberapa network dengan jumlah host yang lebih sedikit.

IP Subnetting mask merupakan cara untuk membagi network dari suatu IP address berdasarkan kebutuhan jaringan. Subnetting juga dapat didefinisikan sebagai salah satu metode untuk memperbanyak network ID dari suatu network ID yang telah dimiliki, yaitu sebagian host ID dikorbankan untuk digunakan dalam membuat network ID tambahan. Subnetting juga merupakan teknik yang mengizinkan para administrator jaringan untuk memanfaatkan 32 bit IP address yang tersedia dengan lebih efisien. Teknik subnetting membuat skala jaringan lebih luas dan tidak dibatasi oleh kelas-kelas IP A, B, dan C yang sudah diatur. Dengan kelas-kelas IP address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang tersedia, yaitu 8 bit untuk kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting membolehkan untuk memilih angka bit acak untuk digunakan sebagai network ID. Dengan subnetting, kita bisa membuat network dengan batasan host yang lebih realistis sesuai kebutuhan.

Untuk contoh subnet mask dapat dilihat pada tabel berikut dengan mengambil satu IP address kelas A dengan nomor 44.132.1.20 :



















Vlsm adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam vlsm dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. Selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask. Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya.
  2. Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus paket informasi.

VLSM pada awalnya digunakan untuk membagi satu subnet besar menjadi kumpulan subnet-subnet kecil demi menghindari kelebihan alamat IP publik yang tidak terpakai yang diberikan dari ISP ke client. VLSM juga digunakan untuk tujuan yang sama. Karena untuk private IP kelas A, B dan C menjadi jauh lebih fleksibel untuk penggunaan internal. Representasi VLSM tidak menggunakan kumpulan 4 oktet seperti (255.255.0.0 untuk default subnet mask kelas B), tapi VLSM membantu menerjemahkan angka yang digunakan menjadi kumpulan 4 oktet yang digunakan untuk melakukan subnetting.

B. CARA SUBNET

Contoh penerapan VSLM
Konsep subneting memang menjadi solusi dalam mengatasi jumlah pemakaian IP Address. Akan tetapi kalau diperhatikan maka akan banyak subnet. Penjelasan lebih detail pada contoh :
contoh :
Pada suatu perusahaan yang mempunyai 6 departemen ingin membagi networknya, antara lain :
1. Departemen A = 100 host
2. Departemen B = 57 host
3. Departemen C = 325 host
4. Departemen D = 9 host
5. Departemen E = 500 host
6. Departemen F = 25 host
IP Address yang diberikan dari ISP adalah 160.100.0.0/16
Apabila kita menggunakan subneting biasa maka akan mudah di dapatkan akan tetapi hasil dari subneting (seperti contoh 1) tersebut akan terbuang sia-sia karena hasil dari subneting terlalu banyak daripada jumlah host yang dibutuhkan. Maka diperlukan perhitingan VLSM yaitu :
Urut kebutuhan host yang diperlukan
1. Departemen E = 500 host
2. Departemen C = 325 host
3. Departemen A = 100 host
4. Departemen B = 57 host
5. Departemen F = 25 host
6. Departemen D = 9 host

Ubah menjadi biner
1. network-portion host-portion
10100000 01100100 00000000 00000000
11111111 11111111 00000000 00000000
Jika pada subneting dimabil dari network maka pada VLSM diambil pada dari host Untuk 500 host network-portion host-portion
10100000 01100100 00000000 00000000
11111111 11111111 00000000 00000000
Untuk 500 host dimabil 9 bit dari host-portion karena 2n-2 > jumlah host
Hasilnya 160.100.0.0/23 Network Broadcast Range-Hoat
160.100.0.0/23 160.100.0.255 160.100.0.1 – 160.100.1.254
160.100.2.0/23 160.100.2.255 160.100.2.1 – 160.100.3.254
160.100.4.0/23 160.100.4.255 160.100.4.1 – 160.100.5.254
160.100.6.0/23 160.100.6.255 160.100.6.1 – 160.100.7.254
160.100.8.0/23 160.100.8.255 160.100.8.1 – 160.100.9.254
…….. ………. ………….
160.100.254.0/23 160.100.254.255 160.100.254.1 – 160.100.255.254
2. Untuk 325 host kita masih dapat menggunakan subnet dari 500 host karena masih dalam arena 29 dan pilihlah subnet yang belum digunakan.
Untuk 100 host menggunakan 28 > 100 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai. misal 160.100.2.0/24 network-portion host-portion 10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000010 00000000
Maka Network Broadcast Range-Hoat
160.100.2.0/24 160.100.2.255 160.100.2.1 – 160.100.2.254
160.100.3.0/24 160.100.3.255 160.100.3.1 – 160.100.3.254
3. Untuk 57 host menggunakan 26 >57 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai. misal 160.100.3.0/24 network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
Maka Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.0/26 160.100.3.91 160.100.3.1 – 160.100.3.90
160.100.3.64/26 160.100.3.63 160.100.3.65 – 160.100.3.126
160.100.3.128/26 160.100.3.127 160.100.3.129 – 160.100.3.190
160.100.3.192/26 160.100.3.191 160.100.3.193 – 160.100.3.254
4. Untuk 25 host menggunakan 25 > 25 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai. misal 160.100.3.192/25 network-portion host-portion
10100000 01100100 00000010 00000000
11111111 11111111 00000011 00000000
Maka Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.192/27 160.100.3.223 160.100.3.193 – 160.100.3.222
160.100.3.224/27 160.100.3.255 160.100.3.225 – 160.100.3.254
5. Untuk 9 host menggunakan 24 > 16 dan ambil salah satu dari subnet sebelumnya yang belum terpakai. misal 160.100.3.224/25 network-portion host-portion 10100000 01100100 00000010 00000000 11111111 11111111 00000011 00000000 maka
Network Broadcast Range-Hoat
160.100.3.224/28 160.100.3.239 160.100.3.225 – 160.100.3.227
160.100.3.240/28 160.100.3.255 160.100.3.241 – 160.100.3.254

C. KONSEP SUBNETING

konsep subneting dapat di analogikan sebagai sebuah jalan. Jalan bernama RE Martadinata terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. RE Martadinata.

KSubnetting01

Dikarenakan oleh suatu keadaan dimana rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:

KSubnetting02

Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan konsep subnetting. Dimana tujuannya ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 4 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 10 komputer (host). Tujuan lainnya juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl. RE Martadinata dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut. Broadcast-broadcast ini secara berkesinambungan dikirim ke semua host dalam sebuah network. Saat traffic broadcast mulai mengonsumsi begitu banyak bandwith tersedia, maka administrator perlu mengambil langkah subnetting untuk mereduksi ukuran broadcast domain tersebut, sehingga diperoleh performansi jaringan yang lebih baik.

KSubnetting03

Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS. Sebuah network tunggal dan besar yang dibatasi oleh area geografis dapat menimbulkan berbagai masalah terutama di sisi kecepatan. Dengan mengkoneksikan multi jaringan yang lebih kecil maka diharapkan dapat membuat sistem lebih efisien.

KSubnetting04

Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl RE Martadinata tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang).

analisa paktikum 3

LEMBAR ANALISA

PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER -3

Tanggal Praktikum : Kamis, 15 APRIL 2010

Nama : Halimah Thus Sya'diah

NIM : 08 615 042

Kelas : 4B


Praktikum 1 :

l Hasil dari ifconfig dari client

lab2@lab2-desktop:~$ ifconfig

eth0 Link encap:Ethernet HWaddr 00:19:d1:18:db:98

inet addr:192.168.0.4 Bcast:192.168.0.255 Mask:255.255.255.0

inet6 addr: fe80::219:d1ff:fe18:db98/64 Scope:Link

UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU:1500 Metric:1

RX packets:1431 errors:18 dropped:0 overruns:0 frame:18

TX packets:1592 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0

collisions:0 txqueuelen:1000

RX bytes:159688 (159.6 KB) TX bytes:155035 (155.0 KB)

lo Link encap:Local Loopback

inet addr:127.0.0.1 Mask:255.0.0.0

inet6 addr: ::1/128 Scope:Host

UP LOOPBACK RUNNING MTU:16436 Metric:1

RX packets:250 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0

TX packets:250 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0

collisions:0 txqueuelen:0

RX bytes:17824 (17.8 KB) TX bytes:17824 (17.8 KB)

l Hasil dari route –n pada client

lab2@lab2-desktop:~$ route -n

Kernel IP routing table

Destination Gateway Genmask Flags Metric Ref Use Iface

192.168.0.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 0 eth0

0.0.0.0 192.168.0.254 0.0.0.0 UG 0 0 0 eth0

l Hasil dari ifconfig pada router

arfin@arfin-desktop:~$ ifconfig

eth0 Link encap:Ethernet HWaddr 00:11:95:c7:09:e0

inet addr:10.255.255.254 Bcast:10.255.255.255 Mask:255.0.0.0

inet6 addr: fe80::211:95ff:fec7:9e0/64 Scope:Link

UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU:1500 Metric:1

RX packets:23 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0

TX packets:34 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0

collisions:0 txqueuelen:1000

RX bytes:4878 (4.8 KB) TX bytes:6195 (6.1 KB)

Interrupt:22

eth1 Link encap:Ethernet HWaddr 00:19:d1:18:dc:25

inet addr:192.168.0.254 Bcast:192.168.0.255 Mask:255.255.255.0

inet6 addr: fe80::219:d1ff:fe18:dc25/64 Scope:Link

UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU:1500 Metric:1

RX packets:36 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0

TX packets:62 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0

collisions:0 txqueuelen:1000

RX bytes:3224 (3.2 KB) TX bytes:10790 (10.7 KB)

lo Link encap:Local Loopback

inet addr:127.0.0.1 Mask:255.0.0.0

inet6 addr: ::1/128 Scope:Host

UP LOOPBACK RUNNING MTU:16436 Metric:1

RX packets:12 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0

TX packets:12 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0

collisions:0 txqueuelen:0

RX bytes:880 (880.0 B) TX bytes:880 (880.0 B)

l Hasil dari route –n pada router

arfin@arfin-desktop:~$ route -n

Kernel IP routing table

Destination Gateway Genmask Flags Metric Ref Use Iface

192.168.0.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 0 eth1

169.254.0.0 0.0.0.0 255.255.0.0 U 1000 0 0 eth1

10.0.0.0 0.0.0.0 255.0.0.0 U 0 0 0 eth0v

l Ping ke jaringan yang lain

lab2@lab2-desktop:~$ ping 192.168.0.254

PING 192.168.0.254 (192.168.0.254) 56(84) bytes of data.

64 bytes from 192.168.0.254: icmp_seq=1 ttl=64 time=0.150 ms

64 bytes from 192.168.0.254: icmp_seq=2 ttl=64 time=0.143 ms

64 bytes from 192.168.0.254: icmp_seq=3 ttl=64 time=0.144 ms

^C

-----------------------------------

lab2@lab2-desktop:~$ ping 10.0.0.1

PING 10.0.0.1 (10.0.0.1) 56(84) bytes of data.

64 bytes from 10.0.0.1: icmp_seq=1 ttl=63 time=7.32 ms

64 bytes from 10.0.0.1: icmp_seq=2 ttl=63 time=0.228 ms

^C

jaringan internet

Langkah 1







Informasi dikumpulkan ke suatu wadah, dimana setiap wadah tersebut akan diberi sebuah label dan alamat (address)yang akan membentuk sebuah paket TCP.

Langkah 2







Paket-paket tersebut akan melewati area jaringan.

Langkah 3









Paket-paket ini akan melalui sebuah proses lagi, dimana paket-paket ini akan melalui router , kemudian router akan memilih paket yang layak untuk diproses lebih lanjut. Tetapi paket-paket yang tidak dapat melalui proses selanjutnya akan dibuang atau dihancurkan.

Langkah 4













Setelah itu switch akan memilih paket yang mempunyai address yang akan dikirim kembali.

Langkah 5











Paket-paket yang sudah fixs kemudian akan dikirimkan kembali kejaringan dan disimpan didalam sebuah tempat penyimpanan.

Langkah 6











Setelah itu paket yang berisi alamat(address) akan dibuka kemudian diperiksa, alamat (address) yang tidak digunakan akan dikeluarkan dan paket akan dihancurkan. Selanjutnya label akan dibuka dan akan dikirim kembali kejaringan.

Langkah 7










Selanjutnya paket melewati dinding yang menghubungkan jaringan untuk internet.

Langkah 8










Selanjutnya setiap paket akan melewati router, paket yang tidak bagus akan dihancurkan dan yang bagus akn melanjutkan kedunia internet.

Langkah 9









Paket-paket akan dikirim kesetiap jaringan internet dan ada arus paket masuk dan keluar.

Langkah 10







Selanjutnya paket-paket akan melewati dinding, dinding didesain berbeda. Jika paket melewati angka 80 dan 25 maka paket akan terus melanjutkan keproses selanjutnya dan menuju ke internet server, tetapi jika menuju angka 23, 21, 53 maka paket akan hancur.

Langkah 11













Selanjutnya paket TCP dan ICMP akan melewati dinding.

Langkah 12









Paket akan dikumpulkan menjadi satu diwebserver. TCP dan ICMP akan dikumpulkan menjadi satu, selanjutnya satu per satu paket akan dibuka dan web informasi akan diambil. Ketika kotak dalm keadaan kosong, maka kotak-kotak tersebut akan digunakan kembali untk diisi dengan informai lagi.

pemasangan penghubung (konektor)

Dalam pemasangan penghubung atau yang biasa kita sebut juga sebagai konektor ini, pemasangannya harus disesuaikan dengan urutannya. Memang dapat saja Anda memasang dengan cara. Anda atau semau Anda sendiri, tetapi cara salah dan tidak tepat karena pemasangan konektor ini sudah ditentukan urutannya dan telah ditentukan dalam bentuk warna. Untuk itulah Anda harus mengetahui bagaimana urutan kabel yang akan Anda pasang
secara tepat, cepat, dan sesuai dengan aturan. Di bawah ini merupakan gambar urutan pemasangan kabel dari Hub ke komputer PC yang sudah terpasang kartu jaringan atau LAN Card (NIC).
Apabila dalam pemasangan Anda ingin memasang kabel untuk dua komputer sekaligus ke server dan ke workstation tanpa menggunakan hub maka urutan pemasangan kabelnya berbeda dengan yang menggunakan HUB. Prosedur pemasangan kabel ini memang tidak terlalu sulit jika sudah mengetahui caranya. Namun demikian Anda harus benar- benar memperhatikan pemasangan kabel ini karena jika kabel dan konektor sudah terpasang tidak bisa dibuka kembali dan untuk memperbaikinya Anda harus memotong kembali kabel
yang sudah terpasang tersebut. Konektor RJ 45 pun otomatis tidak akan terpakai lagi dan Anda harus mengganti dengan yang baru. Untuk jelasnya, prosedur pemasangan konektor UTP ini adalah sebagai berikut:

1. Potong kabel UTP yang akan disambungkan ke RJ45, setelah itu kupas bagian luarnya dengan pemotong yang kita kenal sebagai tang clipper (crimping ).







Gambar 1. Crimping Tools

2. Setelah bagian luar atau kulit kabel tersebut dipotong maka akan tampak bagian dalam kabel yang mempunyai corak warna yang berbeda-beda, yaitu putih oranye, oranye, putih hijau, biru, putih biru, hijau, putih coklat, coklat. Untuk itulah Anda harus mengetahui bagaimana urutan dari kabel yang akan Anda pasang secara tepat, cepat, dan sesuai dengan aturan. Di bawah ini merupakan gambar urutan pemasangan kabel dari hub/switch ke komputer PC yangsudah terpasang kartu jaringan atau LAN Card (NIC).








Gambar 2. Susunan kabel straight

Apabila dalam pemasangan Anda ingin memasang kabel untuk dua komputer sekaligus ke server dan ke workstation tanpa menggunakan hub/switch maka urutan pemasangankabelnya berbeda dengan yang menggunakan hub:









Gambar 3. Susunan kabel cross

3. Setelah itu susun urutan warna mengikuti petunjuk yang ada.

4. Setelah kabel diurutkan, ratakan kabel tersebut untuk dimasukkan ke konektor RJ45. Pemasangannya harus hati-hati karena kalau tidak akan berakibat fatal dan konektor akan rusak sehingga otomatis tidak akan terpakai lagi jika sudah terjepit dengan tang clipper (crimping).








Gambar 4. Memasukkan Kabel UTP ke dalam RJ-45















Gambar 5. Menjepit kabel menggunakan Crimping

5. Setelah diratakan, siapkan konektor RJ45 dan masukkan kabel ke konektor tersebut dan jangan lupa, posisi setiap ujung konektor harus sama. Selain itu bagian luarnya atau pembungkusnya harus terjepit agar kuat dan tidak goyang.

6. Setelah kabel masuk dan rata sampai ujung konektor, gunakan tang clipper (crimping) untuk menjepitnya. Penjepitannya ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak meleset atau ada salah satu kabel yang tidak terjepit denganbaik, karena jika ada salah satu kabel saja yang tidak terjepit akan berakibat fatal. Kemudian jepit yang keras sehingga tembaga yang tadinya keluar dan menonjol akan rata kembali seperti sebelum dimasukkan ke konektor.

7. Apabila pemasangan atau penjepitan telah selesai pada ujungyang satunya maka lakukan lagi pada ujung yang lainnya. Prosedurnya sama seperti yang telah dijelaskan di atas. Jika tidak terjadi kesalahan maka hasil pemasangan akan terlihat rapi di antara kedua ujung kabel yang sudah terpasang dengan RJ45.















Gambar 6. Hasil Crimping kabel yang baik